About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful.

Minggu, 31 Oktober 2010

TUGAS SOFTSKILL SENI BUDAYA DASAR 1EAO7

YANG BERBEDA DI ANTARA

Pengunjung yang sudah ramai berbaris itu disodori sebuah kotak panjang berwarna kuning.”mohon doa restu”. Begitu yang tertera di satu sisinya. Tampa sempat bertanya,mereka kemudian digiring ke sebuah pintu yang dihiasai dekorasi meriah.

Didalam tiga orang berbatik rapi menyalami semua orang yang dating. Raut muka mereka bahagia. Mirip dengan penerima tamu saat acara pernikahan.

Ya kali itu, teater garasi membuat kejutan dengan membuat pentas teater seperti sebuah acara kondangan dengan penonton jadi tamunya.

Saat memasuki ruangan,kejutan lain datang lagi.detetan kursi berundak yang biasa diduduki penonton tak terlihat. Yang ada hanya tumpukan karung diletakan asal.beberapa kayu hitam,dan panggung mini dengan hiasan warna-warni mentereng.pengunjung pun harus pintar-pintar mencari ruang untuk duduk kalau tak mau berdiri sepanjang acara.

Seorang MC berdasi hitam lalu membuka acara sambil diiringi lantunan lagu kucing garong ala music taring dangdut. Sampai sini, pengunjung terus tertawa geli. Beberapa malah terlihat menikmati lagu dangdut itu.

Setelah satu lagu itu selesai, tirai-tirai di sekeliling teater ditutup sehingga menampilkan suasana sawah di pedesaan indramayu, Jawa Barat. Aktorpun sibuk mengumpulkangabah kering ke dalam karung-karung. Sambil berbicara dan bernyanyi dengan bahasa jawa.

Itulah sebuah babak pembuka yang tak didiga. Teater yang ditampilkan pada 12 dan 13 oktober,di teater Salihara,Jakarta Selatan ini bertajuk tubuh ketiga (pada perayaan yang berada di antara)

Pada babak selanjutnya, pertunjukan ini memperlihatkan rentang zaman antara desa Indramayu

di masa lalu dan masa kini yang banyak terpengaruh budaya luar.

Tentang perempuan yang dak mau lagi bertani lalu pergi menjadi TKI. Juga bercerita tentang penyanyi dangdut mengais rezeki dengan saweran penonton.

Di antara

Yudi Ahmad Tajudin sutradara Teater Garasi, awalnya memeng memiliki ketertarikan khusus dengan kenyataan budaya yang terjadi di Indonesia sekarang. Terlebih lagi pada pertemuan-pertemuan budaya dan bagaimana masyarakat mengantisipasi hal itu.

Indramayu kemudian dipilih sebagai objek karena dinilai lebih kaya akan percampuran budaya.

Bagi Yudi, Indramayu menyediakan fenomena yangmenarik tentang bagaimana percampuran budaya terjadi. Itulah yang kemudian dimaksud Yadi sebagai sesuatu yang berada di antara. Indramayu menjadi sebuah tempat di antara kebudayaan agraris dan industry bertemu. Juga tempat bertemu antara nilai tradisional dan modern.

Walau terkesan norak, kampungan,dan arbiter, Yudi menilai percampuran banyak budaya ini menjadi hal yang patut di rayakan. “karena kalau dilihat lebih dalam, mereka memiliki sikap kreatif yang lebih produktif,” jelasnya.

Teater Garasi melakukan riset sejak april lalu yang bertepatan dengan masa habis panen. Setelah panen, Indramayu adalah kota festifal. “Tiap hari siang malam pasti ada pertunjukan. Satu desa, bias punya tiga acara yang berbeda,” cerita yudi.

Selamat tinggal di sana, Yudi dan tim mengobservasi kehidupan masyarakatnya. Setelah itu, mereka berdiskusi dan berimprovisasi mencari bentuk yang pas dan menghadirkannya lewat tubuh mereka.

Diusik teletubby

Penampilan teater ini jauh dari kesan khusyuk. Beberapa kali penonton diusuik dengan actor yang mondar-mandir di area duduk.

Penonton diajakber partisipasi dan menjadi bagian dalam pertunjukan.


Yudi ingin menciptakan panggung yang tidak berjarak.”karena apa yang ditampilkan di sini merupakan bagian dari kenyataan, dan kita tak lepas dari kenyataan itu.”

Di antara alur teatrikal yang tampak mulus itu, teletubby berwarna ungu dengan rambut Mohawk tiba-tiba hadir di atas perahu. Babak ini mengacaukan keterkaitan alur yang dibangun dengan baik. Lucu memeng,tapi tampak tak koheren dengan keseluruhan tema.

Namun, teletubby itu dihadirkan bukan tanpa maksud. Ikon itu betul-betul ditemukan Yudi saat risetnya di Indramayu.

“Bagi saya teater adalah sebuah peristiwa. Bukanlah hal yang terjadi karena kecelakaan,”kata Yudi.



Sumber :

Media Indonesia | Minggu, 17 Oktober 2010

Dikutip oleh : Christine Franciska

Komentar :

dengan diadakannya teater ini semoga dapat mempertahankan budaya asli IndonesiaIndonesia. dalam ketatnya masuknya budaya asing terhadap

apalagi dengan perkembangannya jaman, dan semakin kreatif orang-orang d Indonesia ini, budaya dapat di tampilkan dengan cara yang berbeda-beda, seperti acara teater yang d ceritakan oleh Cristine Franciska.

Ia sangat membuat acara teater itu berbeda,dan membuat penonton bingung dengan tidak adanya susunan panggung d sana, ia ingin membuat penonton tidak hanya menonton duduk manis saja di sana,ia ingin membuat penunton ikut serta dalam acara teater tersebut. Dengan kekreatifannya membuat acara teater tersebut berbeda penonton yang masuk pasti akan bingung pertama mengetahuinya, tetapi

Semoga dengan semakin berkembangnya jaman di Indonesia budaya asli Indonesia tidak punah,terkubur oleh budaya asing yang modern, semoga semakin banyak bertumbuhnya orang-orang seni yang mempunyai nilai kreatif yang tinggi.

Dengan sering-sering diadakannya acara-acara seperti itu pasti budaya kita tidak akan hilang,malah mungkin akan berkembang kemancanegara.

Tetapi yang saya sedikit kecewakan yaitu, hanya orang-orang Indonesia yang mengembangkan budaya kita, mungkin sekarang sebagian besar perempuan Indonesia sudah menolak untuk belajar jaipongan atau tari-tari tradisional lainnya,mereka lebih memilih untuk belajar MD atau modern dance. Semoga ada orang-orang yang dapat merubah selera seseorang dengan menampilkan budaya-budaya asli dengan cara yang sangat berbeda.

0 komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Ridho Rahmadhan. Diberdayakan oleh Blogger.


Get your own Digital Clock